oleh biobio pada Mei 12, 2009, 04:51:00 Ketika masih kanak-kanak, saya sering sekali mengkhayal setiap kali menonton The Lost World, “Wah, seru sekali kalau punya dinosaurus peliharaan di rumah...”. Tentu saja anggota keluarga saya yang lain tertawa mendengar khayalan saya. “Maklum, anak-anak.”, mungkin begitu pikir mereka. Okelah, mungkin memang masih terlalu jauh untuk berpikir bagaimana cara membangunkan makhluk prasejarah itu. Untuk dinosaurus memang terlalu ekstrim, tapi ternyata cukup menjanjikan untuk banyak makhluk lain!
Beberapa tahun terakhir ini, dunia biologi membuka harapan besar untuk menghidupkan kembali satwa-satwa yang telah punah setelah Teruhiko Wakayama, seorang profesor biologi asal Jepang berhasil membuat kloning dari seekor mencit yang telah beku selama dua dekade. Para ahli genetika dan biologi molekuler pun berusaha untuk melakukan terobosan yang lebih spektakuler lagi, yakni merancang kembali makhluk hidup yang telah punah dari muka bumi! Ya, mulai burung Dodo (Raphus cucullatus) yang punah pada akhir abad ke-17, serigala Tasmania (Thylacinus cynocephalus), Quagga (Equus quagga) yang individu terakhirnya mati di kebun binatang Amsterdam tahun 1883, sampai beberapa subspesies dari harimau yang telah punah (Panthera tigris balica, Panthera tigris sondaica), bukan suatu hal yang mustahil lagi bahwa suatu saat nanti mereka akan kembali menjelajahi muka bumi ini. Para ilmuwan di San Diego, misalnya. Bermodal hanya sedikit jaringan yang diambil dari spesimen awetan banteng Jawa yang telah mati selama beberapa tahun, mereka berhasil mengisolasi DNA banteng Jawa tersebut dan memasukkannya ke sel telur sapi biasa. Hasilnya, dua ekor banteng Jawa dilahirkan dari rahim sapi biasa. Metode yang digunakan untuk hal itu adalah dengan meniru metode yang pertama kali dipakai untuk membuat domba kloning pertama, Dolly, yakni mengganti inti sel telur induk angkat dengan inti sel dari hewan yang hendak “dibangun”.
National Geographic bulan Mei 2009 ini menyajikan berita yang cukup menarik mengenai usaha para ilmuwan untuk membangkitkan kembali mamooth (ex. Mammuthus primigenius), sejenis gajah raksasa berbulu lebat yang pernah menguasai lingkaran kutub utara puluhan ribu tahun silam. Dengan ditemukannya spesimen utuh seekor bayi mamooth di Siberia dua tahun yang lalu, para ilmuwan berhasil memetakan lebih dari 70% genom mamooth yang merinci banyak hal dasar yang amat diperlukan untuk menghidupkan hewan kembali hewan purba itu. “Saya dulu tertawa mendengar Steven Spielberg (sutradara kawakan yang juga menangani pembuatan film The Lost World) berkata bahwa kloning binatang yang sudah punah tak bisa dihindari. Tapi kini saya tak lagi tertawa, setidaknya menyangkut mamooth. Ini bakal terjadi. Tinggal detailnya saja,” ujar Hendrik Poinar, pakar DNA purbakala dari McMaster University.
Dalam kasus membangunkan kembali binatang purba itu, pertama-tama haruslah didapatkan urutan DNA yang lengkap dari hewan punah yang hendak dibuat kembali. Urutan DNA ini amat panjang, bisa jadi terdiri atas milyaran pasangan basa (purin – pirimidin). Selanjutnya, para ilmuwan perlu membuat peta dari genom hewan tersebut. Keseluruhan genom itu kemudian harus diurutkan ulang berkali-kali untuk membuang DNA asing yang bukan berasal dari spesies tersebut. Kemudian, barulah DNA tersebut dikemas dalam benuk kromosom. Setelah memperoleh kromosom yang dapat digunakan, dapatlah dibuat inti sel sintetis yang nantinya (seperti yang diceritakan tadi) akan diselipkan ke sel tanpa inti dari induk angkatnya. Induk angkat tersebut diusahakan berkerabat dekat dengan hewan rancangan tadi, satu genus, atau setidaknya satu famili.
Untuk banyak spesies lain yang berlum terlampau jauh rentang waktu kepunahannya, hal itu jauh lebih mudah. Untuk serigala Tasmania, sejauh ini para ilmuwan telah berhasil membangun ulang sebagian besar dari DNA nya, terutama bagian yang membentuk bangun dasar tubuh. Dalam DNA berpenanda radioaktif yang disuntikkan ke tubuh beberapa hewan percobaan, terlihat bahwa DNA yang mengkode pembentukan tulang dan beberapa organ telah berhasil diisolasi. Karena itu, para ilmuwan terus mencari spesimen yang lebih utuh dan segar dari tiap-tiap hewan punah tersebut untuk membangun perpustakaan gen yang lebih lengkap. Pastilah, bicara soal menghidupkan lagi spesies yang telah punah dewasa ini tidak lagi dianggap science-fiction belaka.
Percayalah, keberhasilan membangkitkan kembali harimau Jawa, serigala Tasmania, burung Dodo, mamooth, bahkan dinosaurus(?) hanya tinggal menunggu waktu saja. Namun, letak permasalahannya bukanlah di situ, bukan soal teknologinya, tetapi lebih ke soal etis. Ketika kita berhasil mengklon hewan yang telah punah, kita akan mendapatkan hewan yang sebatang kara di kebun binatang, bukan di habitat aslinya yang memang sudah tidak ada. Perlu dipertimbangkan kembali baik dan buruknya membangunkan kembali spesies yang telah punah. Memang, keberhasilan seperti itu akan membawa terobosan yang amat revolusioner di bidang sains, khususnya biologi, akan tetapi secara etis masih banyak sekali yang perlu dipertimbangkan.
Entahlah bagaimana akhirnya nanti. Namun saya pribadi yakin bahwa tak lama lagi akan ada banyak spesies punah yang dapat dibangun kembali, tentunya dengan segala kontroversi yang menyertainya!
Referensi :
- National Geographic
- How To Build a Dinosaur: Extinction doesn’t have to be forever by Jack Horner, James Gorman
Minggu, 02 Januari 2011
oleh gaiu pada Agustus 11, 2010, 11:13:00 Ketika kita menatap bintang di langit malam, kita dihadapkan pada kubah raksasa yang disebut bola langit. Orang yunani kuno membagi bola langit ini ke dalam daerah-daerah yang disebut rasi. Sampai saat ini diketahui ada 88 rasi bintang. Nama-nama rasi ini kebanyakan bersumber dari mitologi Yunani seperti Canis Major, Ursa Minor, Scorpio, dan Orion. Ada banyak cara dalam penamaan bintang di antaranya dengan memberi nama dari bahasa Yunani (Scorpio, Crux, Ophiucus, Aquarius, Orion), penamaan berdasarkan rasi tempat bidang tersebut berada (contoh : Alpha Centauri berarti bintang paling terang pada konstelasi Centauri, bintang kedua paling terang disebut Beta, dan seterusnya), dan penamaan berdasarkan nomor urutnya dalam katalog atau cara modern (contoh : NGC 6205). Salah satu cara pengklasifikasian bintang adalah berdasarkan suhunya dan kemiripan susunan garis spektrumnya. Ada beberapa versi pengklasifikasian bintang, berikut pengklasifikasian bintang menurut Angelo Secchi (1863): 1. Kelas spektra O Berwarna biru, temperatur > 30.000 K, garis-garis He terionisasi, garis N terionisasi 2x, garis Si terionisasi 3x, garis H tampak tapi lemah. Contoh bintang : Alnitak, Bintang 10 Lacerta. 2. Kelas spektra B Berwarna biru, temperatur 11.000 - 30.000 K, garis He netral, garis Si terionisasi 1 atau 2 x, garis O terionisasi, garis H tampak lebih jelas ketimbang kelas O. Contoh bintang : Rigel, Spica. 3. Kelas spektra A Berwarna biru, temperatur 7.500 - 11.000 K, garis H sangat kuat, garis Mg, Si, Fe, dan Ca terionisasi 1x, garis logam netral tampak lemah. Contoh bintang : Sirius, Vega. 4. Kelas spectra F Berwarna biru keputih-putihan, temperatur 6.000 - 7.500 K, garis H lebih lemah dari kelas A, garis Ca, Fe, Cr terionisasi 1x, garis Fe dan Cr netral. Contoh bintang : Canopus, Procyon. 5. Kelas spectra G Berwarna putih kekuning-kuningan, temperatur 5.000 - 6.000 K, garis H lebih lemah, garis Ca terionisasi, pita molekul G-Band sangat kuat. Contoh bintang : Capella, Matahari. 6. Kelas spectra K Berwarna jingga kemerah-merahan, temperatur 3.500 - 5.000 K, garis H sangat lemah, garis logam netral mendominasi, Pita Titanium Oksida tampak. Contoh bintang : Arcturus, Aldebaran. 7. Kelas spectra M Berwarna merah, temperature 2.500 - 3.000 K, pita molekul Titanium Oksida sangat mendominasi, garis logam netral tampak dengan jelas.. Contoh bintang : Betelgeuse, Antares. Selain penggolongan kelas spectra O-B-A-F-G-K-M, ada juga yang mengklasifikasikan ke dalam kelas W-O-B-A-F-G-K-M-R-N-S. Untuk mudah mengingatnya, bisa menggunakan jembatan keledai Wow-Oh-Be-A-Fine-Girl-Kiss-Me-Right-Now-Sweetie. Dari situ terlihat bahwa bintang yang paling panas warnanya justru biru, bukan merah. Semakin merah suatu bintang, maka semakin dingin suhunya. |
(13 Komentar , 0 are new) 1 Re: Kelas Spektra Bintang oleh Satu-Satui pada Agustus 12, 2010, 07:33:05 ohhh...baru tau saya.. 2 Re: Kelas Spektra Bintang oleh loser1942 pada Agustus 14, 2010, 10:31:35 nice info.. 3 Re: Kelas Spektra Bintang oleh dendenn pada September 02, 2010, 01:43:51 cara taunya gimana?? aku lait bintang kayaknya sama semua deh,,hehe 4 Re: Kelas Spektra Bintang oleh dliyarcturus pada September 08, 2010, 08:05:24 kalo buat tau secara mendetail seperti diatas memang dibutuhkan alat khusus.. tapi kalo dengan mata telanjang, sebenernya kita bisa kok liat perbedaan warna bintang.. coba pandangi lekat-lekat langit malam, ada yang warnanya seperti putih ada juga yang merah. Dgn itu kita nisa mengindikasikan, bintang yg warnanya merah pasti lebih dingin dibanding yg berwarna putih.. gitu sih setauku. hehe bener2 diamati deh langit malamnya...pasti nanti terlihat perbedaan warna bintangnya kok, walalupun nggak mencolok 5 Re: Kelas Spektra Bintang oleh justbwae pada September 13, 2010, 01:01:37 pengelompokannya berdasarkan pendapat tahun 1863. apa yang sekarang masi berlaku? atau ada tata kelas yang laen? thx ts.. 6 Re: Kelas Spektra Bintang oleh asrinimahdia pada Oktober 12, 2010, 07:01:14 sama aja kayak api kompor... api biru lebih panas dari api merah 7 Re: Kelas Spektra Bintang oleh Marselaa pada Oktober 21, 2010, 06:57:59 bagus bagus~ b^^b 8 Re: Kelas Spektra Bintang oleh skywalk3 pada Oktober 24, 2010, 07:21:50 hmmm........bagus"nambah"pengetahuan jg ^^ 9 Re: Kelas Spektra Bintang oleh deviwahyu pada November 05, 2010, 07:23:25 sekarang ini sulit lihat bintang...di Malang mendung terus tiap hari... :-( 10 Re: Kelas Spektra Bintang oleh nate river pada November 13, 2010, 03:19:35 Btw, kenapa pembagian kelas spectra nya O-B-A-F-G-K-M atau W-O-B-A-F-G-K-M-R-N-S? Kenapa nggak A-B-C-……dst? Atau 1-2-3-……dst? Kenapa penamaannya begitu? ada penjelasannya nggak? 11 Re: Kelas Spektra Bintang oleh iezha pada November 18, 2010, 10:37:55 sama aja yah untuk belahan bumi utara ma belahan bumi selatan.. kan beda perspektifnya tuh.. 12 Re: Kelas Spektra Bintang oleh Ananta-san pada Desember 10, 2010, 07:44:02 ssip... nice info.. 13 Re: Kelas Spektra Bintang oleh ismanda pada Desember 28, 2010, 01:10:21 knapa bisa dinamain menurut yunani? apa gk bisa nama yang lain? Commenting option has been turned off for this article. |
Lima Kelemahan Guru dalam Mengajar
Tulisan ini bukan merupakan kesimpulan atas kinerja guru secara umum, tetapi hanyalah merupakan temuan penulis selama melaksanakan supervisi kunjungan kelas pada beberapa sekolah yang menjadi binaan penulis ditambah dengan pengamatan penulis pada saat mengikuti kegiatan lesson study MGMP Bahasa Inggris beberapa waktu yang lalu. Sengaja diberi judul demikian karena yang akan dipaparkan adalah kelemahan-kelemahan yang nyata ditemukan penulis. Hal ini dimaksudkan agar bisa menjadi input bagi para guru untuk memperbaiki kegiatan pembelajarannya. Dari pengamatan penulis terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dapat dikemukakan beberapa kelemahan antara lain :
Apabila 5 macam kelemahan guru ini dapat diperbaiki, maka peoses pembelajaran akan menjadi lebih bermutu dan muaranya nanti pada hasil belajar yang lebih baik. Perubahan pada kelima kelemahan tersebut tidak memerlukan biaya. Yang diperlukan hanyalah kesadaran diri untuk memberikan yang terbaik kepada siswa. Kepala sekolah dapat berperan dalam perbaikan proses pembelajaran ini dengan cara lebih sering melaksanakan supervisi kunjungan kelas. Sumber dari : http://www.pusatartikel.com/ |
makalah hujan
BAB I
PENDAHULUAN
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda lain yang mengandung air. Air-air tersebut umumnya mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik vertikal, horizontal dan diagonal.
Akibat angin atau udara yang bergerak pula awan-awah saling bertemu dan membesar menuju langit / atmosfir bumi yang suhunya rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena berat dan tidak mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi (proses presipitasi). Karena semakin rendah suhu udara semakin tinggi maka es atau salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika suhunya sangat rendah maka akan turun tetap sebagai salju.
Tetesan hujan, yang mencapai awan setelah sebelumnya menguap dari laut, mengandung zat-zat tertentu yang bisa memberi kesuburan pada tanah yang mati. Tetesan yang "memberi kehidupan" ini disebut "tetesan tegangan permukaan". Tetesan tegangan permukaan terbentuk di bagian atas permukaan laut, yang disebut lapisan mikro oleh ahli biologi. Pada lapisan yang lebih tipis dari 1/10 mm ini, terdapat sisa senyawa organik dari polusi yang disebabkan oleh ganggang mikroskopis dan zooplankton. Dalam sisa senyawa organik ini terkandung beberapa unsur yang sangat jarang ditemukan pada air laut seperti fosfor, magnesium, kalium, dan beberapa logam berat seperti tembaga, seng, kobal, dan timah. Tetesan berisi "pupuk" ini naik ke langit dengan bantuan angin dan setelah beberapa waktu akan jatuh ke bumi sebagai tetesan hujan. Dari air hujan inilah, benih dan tumbuhan di bumi memperoleh berbagai garam logam dan unsur-unsur lain yang penting bagi pertumbuhan mereka. Seperti yang tertera dalam ayat:
"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam." (QS. Qaf: 9).
Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang cukup, memiliki kecepatan angin rendah yaitu sekitar di bawah 20 knot, serta syarat lainnya. Ujan buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh. Untuk menyemai / membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3 ton yang disemai ke awan potensial selama 30 hari. Hujan buatan saja bisa gagal dibuat atau jatuh di tempat yang salah serta memakan biaya yang besar dalam pembuatannya.
BABI II
PEMBAHASAN
A. HUJAN MENURUT AL QUR’AN
Bagaimana hujan terbentuk masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah Radar Cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan. Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara. Lalu awan terbentuk. Akhirnya curahan hujan terlihat. Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas di Al-Qur’an berabad-abad yang lalu yang memberi informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan:
ª!$# Ï%©!$# ã@Åöã yx»tÌh9$# çÏWçGsù $\/$ysy ¼çmäÜÝ¡ö6usù Îû Ïä!$yJ¡¡9$# y#øx. âä!$t±o ¼ã&é#yèøgsur $Zÿ|¡Ï. utIsù s-øsqø9$# ßlãøs ô`ÏB ¾ÏmÎ=»n=Åz ( !#sÎ*sù z>$|¹r& ¾ÏmÎ/ `tB âä!$t±o ô`ÏB ÿ¾ÍnÏ$t7Ïã #sÎ) ö/ãf tbrçųö;tGó¡o ÇÍÑÈ
Artinya : Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. (Surat ar-Ruum, 48)
Berdasakan ayat tersebut dijelaskan tahap-tahap terjadinya hujan yaitu:
TAHAP 1: “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”
Gelembung-gelembung udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan yang pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Di atmosfir partikel-partikel ini membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya.
TAHAP 2: “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel di udara. Awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
TAHAP 3: “…lalu kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya.”
Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’an-lah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.
B. DAMPAK HUJAN MENURUT AL-QUR’AN TERAHADAP PERKEMBANGAN ILMU
Dampak hujan menurut Al Qur’an terhadap perkembangan ilmu diantaranya adalah biologi, fisika, geografi, hidrologi, dan sebagainya. Ayat Al Qur’an yang berhubangan dengan ilmu biologi anara lain adalah surat al hajj ayat 5 yang berbunyi;
…… ts?ur ßöF{$# ZoyÏB$yd !#sÎ*sù $uZø9tRr& $ygøn=tæ uä!$yJø9$# ôN¨tI÷d$# ôMt/uur ôMtFt6/Rr&ur `ÏB Èe@à2 £l÷ry 8kÎgt/ ÇÎÈ
Artinya : …… Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
Ayat Al Qur’an yang berhubangan dengan ilmu fisika anara lain adalah surat Ar Ra’d ayat 17 yang berbunyi;
tAtRr& ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ôMs9$|¡sù 8ptÏ÷rr& $ydÍys)Î/ @yJtGôm$$sù ã@ø¡¡9$# #Yt/y $\Î/#§ 4 $£JÏBur tbrßÏ%qã Ïmøn=tã Îû Í$¨Z9$# uä!$tóÏGö/$# >puù=Ïm ÷rr& 8ì»tFtB Ót/y ¼ã&é#÷WÏiB 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎôØo ª!$# ¨,ysø9$# @ÏÜ»t7ø9$#ur 4 $¨Br'sù ßt/¨9$# Ü=ydõusù [ä!$xÿã_ ( $¨Br&ur $tB ßìxÿZt }¨$¨Z9$# ß]ä3ôJusù Îû ÇÚöF{$# 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎôØo ª!$# tA$sWøBF{$# ÇÊÐÈ
Artinya : Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (Q.S. Ar Ra’d ayat :17)
Ayat Al Qur’an yang berhubangan dengan ilmu geografi anara lain adalah surat Al-A'raf ayat 57 yang berbunyi;
uqèdur Ï%©!$# ã@Åöã yx»tÌh9$# #Mô³ç0 ú÷üt/ ôyt ¾ÏmÏGuH÷qu ( #Ó¨Lym !#sÎ) ôM¯=s%r& $\/$ysy Zw$s)ÏO çm»oYø)ß 7$s#t6Ï9 ;MÍh¨B $uZø9tRr'sù ÏmÎ/ uä!$yJø9$# $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ `ÏB Èe@ä. ÏNºtyJ¨V9$# 4 Ï9ºxx. ßlÌøéU 4tAöqyJø9$# öNä3ª=yès9 crã2xs? ÇÎÐÈ
Artinya : Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Al-A'raf/7: 57)
Ayat Al Qur’an yang berhubangan dengan ilmu geografi anara lain adalah surat Al-Qamar ayat 11-12 yang berbunyi;
!$oYóstFxÿsù z>ºuqö/r& Ïä!$yJ¡¡9$# &ä!$oÿÏ3 9ÉKpk÷]B ÇÊÊÈ $tRö¤fsùur uÚöF{$# $ZRqããã s+tGø9$$sù âä!$yJø9$# #n?tã 9øBr& ôs% uÏè% ÇÊËÈ
Artinya : 11. Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. 12. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka
bertemu- lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (al-Qamar/54: 11-12)
Masih banyak cabang-cabang ilmu lain yang dapat dikelompokkan dalam memahami ayat kauniyah ini. Inilah suatu bukti bahwa al-Quran memang kitab yang penuh mukjizat yang selalu sejalan dengan perkembangan manusia dan perjalanan masa.
C. DAMPAK HUJAN MENURUT AL QUR’AN TERAHADAP TEKNOLOGI
Untuk mempercepat turunnya hujan pada musim kering yang berkepanjangan, tak ada jalan lain selain melakukan campur tangan terhadap alam. Yaitu dengan mempercepat terjadinya hujan yang sudah secara luas dikenal sebagai hujan buatan. Hujan buatan merupakan bagian dari teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang memudahkan kehidupan manusia. Selain untuk mengatasi kekeringan, hujan buatan juga digunakan untuk mengatasi kebakaran hutan atau bahkan berfungsi membersihkan udara.
Menurut Kepala UPT Hujan Buatan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Ir Samsul Bahri, Msc, hujan buatan dilakukan dengan menyemai awan melalui penggunaan bahan bersifat higroskopik atau menyerap air. Sehingga, partikel-partikel air lebih cepat terbentuk dan hujan punturun. Awan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang aktif, dicirikan dengan bentuknya yang seperti bunga kol. Untuk melakukan penyemaian awan, ada beberapa metode yang lazim digunakan. Metode yang paling sering dilakukan selama ini adalah penyemaian dengan menggunakan pesawat terbang. Bubuk natrium clorida (NaCl), sejenis garam, disebarkan ke awan. Dengan harapan, awan yang mengandung garam itu akan menarik air dan kandungan air di awan menjadi tinggi. Selain dari udara penyemaian awan, juga bisa dilakukan dari darat dengan stasiun statis, yaitu Ground Base Generator (GBG). Pemanfaatan GBG untuk menyemai awan biasanya dilakukan di daerah pegunungan. Di puncak gunung dibangun menara dan di ujung menara ditempatkan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat hujan buatan. Bahan yang disemaikan ke awan yaitu bubuk natrium clrorida.
Gambar metode penyemaian awan dengan pesawat
Sebelum penyemaian Selama penyemaian Sesudah penyemaian
Kegiatan penyemaian ini ramah lingkungan. Bahan yang digunakan untuk penyemaian awan juga digunakan untuk kehidupan se hari-hari. Urea digunakan dalam pertanian, Sodium Klorida banyak terdapat di atmosfer sebagai hasil dinamika air laut, dan juga digunakan untuk bahan masakan. CaCl2 digunakan orang di negara lintang menengah untuk ditaburkan dijalan raya guna mencegah terbentuknya es dan salju. Dari sisi konsentrasi, satu butir bahan higroskopik berukuran 10-50 mikron mengalami pengenceran hingga sejuta kali ketika menjadi tetes hujan berukuran 2000 mikron. Hasil analisis air hujan selama beberapa kali kegiatan TMC telah membuktikan bahwa parameter kualitas air hujan maupun badan-badan air masih aman untuk digunakan dalam kehidupan se hari-hari.
BAB III
KESIMPULAN
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Tahap 1: Gelembung-gelembung udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan yang pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Di atmosfir partikel-partikel ini membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya. Tahap 2: Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel di udara. Awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan. Tahap 3: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air.
Dampak hujan menurut Al Qur’an terhadap perkembangan ilmu diantaranya adalah biologi, fisika, geografi, hidrologi, dan sebagainya. Dan Teknologi yang berkaitan dengan adanya hujan ini yaitu di bentuklah hujan Buatan oleh manusia.
HUJAN MENURUT AL QUR’AN DAN DAMPAKNYA PADA PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Keterpaduan Islam Dan IPTEK
Dosen : Drs. H. Amran Jaenudin
Disusun Oleh :
HASAN BISRI
NURJAZILAH
Fakultas Tabiyah/ Jurusan Pendidikan IPA-Biologi-B/ VII
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2010
DAFTAR PUSTAKA
http://www. harunyahya.com/indo/mitra/
Langganan:
Postingan (Atom)